Jawaban Soal UTS
& UAS
Diselesaikan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Filsafat
Ilmu Dalam Pendidikan
Dosen Pembimbing : Dr. H. Khairan M. Arif,
M.Ed
Dikumpulkan : 4 Juli 2012
Nama Mahasiswi :
Sri Kartini(NIM :5520110019)
Program Magister Teknologi Pendidikan
Universitas Islam Assyafi’iyah
Jakarta
2012
Jawaban
Soal UTS & UAS
1.
Filsafat
ilmu adalah ilmu yang sangat penting bagi seorang guru, jelaskan apa itu
filsafat ilmu menurut para ahli?
Jawaban :
Filsafat Ilmu menurut
para ahli adalah sebagai berikut:
1) A.
Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19 : 58) memandang filsafat ilmu
sebagai berikut. ”That philosophic discipline which is the systematic study of
the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions,
and its place in the general scheme of intellectual disciplines.” Filsafat
ilmu, menurut Benjamin, merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah
sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metode, konsep-konsep, dan praanggapan-praanggapannya,
serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.
2) Conny Semiawan at al (1998 : 45) menyatakan
bahwa filsafat ilmu
pada dasarnya adalah ilmu
yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang kedudukannya
di atas ilmu lainnya.
3) Jujun
Suriasumantri (2005 : 33-34) memandang filsafat ilmu sebagai bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang
ingin menjawab tiga kelompok pertanyaan mengenai hakikat ilmu sebagai berikut.
Kelompok pertanyaan
pertama antara lain sebagai berikut ini.
Objek apa yang ditelaah
ilmu ? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara
objek tadi dengan daya tangkap manusia ?
Kelompok pertanyaan
kedua : Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa
ilmu ? Bagaimana prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar
? Apa yang dimaksud dengan kebenaran ? Dan seterusnya.
Dan terakhir, kelompok
pertanyaan ketiga : Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu ? Bagaimana
kaitan antara cara menggunakan ilmu dengan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan
objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral Dan seterusnya.
Kelompok pertanyaan
pertama merupakan tinjauan ilmu secara ontologis. Sedangkan pertanyaan-pertanyaan
kelompok kedua merupakan tinjauan ilmu secara epistemologis. Dan
pertanyaanpertanyaan kelompok ketiga sebagai tinjauan ilmu secara aksiologis.
2.
Untuk
memperoleh pengetahuan, ada dua dasar pengetahuan, jelaskan bagaimana
dasar-dasar pengetahuan tersebut melahirkan pengetahuan? Dan jelaskan
kriteria-kriteria kebenaran menurut filsafat?
Jawaban :
2.1. Dasar-dasar Pengetahuan
Pengetahuan berkembang antara
lain karena manusia memiliki rasa ingin tahu (curiousity is beginning of
knowledge). Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan bila dirinya memperoleh
pengetahuan yang benar (kebenaran) mengenai apa
yang dipertanyakan.
Untuk itu manusia menempuh berbagai cara agar keinginan tersebut terwujud.
Berbagai tindakan untuk
memperoleh pengetahuan secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Secara non ilmiah,
yang mencakup :
a) akal sehat, b)
prasangka, c) intuisi, d) penemuan kebetulan dan coba-coba,
dan e) pendapat
otoritas dan pikiran kritis, serta tindakan secara ilmiah (Sumadi Suryabrata,
2000: 3). Usaha yang dilakukan secara nonilmiah menghasilkan pengetahuan
(knowledge), dan bukan science.
b. Sedangkan melalui
usaha yang bersifat ilmiah menghasilkan pengetahuan ilmiah atau ilmu.
W. Huitt (1998), dalam
artikelnya yang berjudul “Measurement, Evaluation, and Research : Ways of
Knowing”, menyatakan bahwa ada lima macam cara untuk mendapatkan pengetahuan
yang benar (kebenaran) yaitu : pengalaman, intuisi, agama, filsafat, dan ilmu.
Dengan cara-cara
tersebut dapat diperoleh diperoleh kebenaran pengalaman atau kebenaran indera,
kebenaran intuitif, kebenaran religius, kebenaran filosofis, dan kebenaran
ilmiah.
2.2. Kebenaran
a. Jenis-jenis
kebenaran
Telah dipaparkan di
atas bahwa berdasarkan cara memperolehnya kebenaran dibedakan menjadi lima
jenis, yaitu kebenaran pengalaman, kebenaran intuisi, kebenaran religius,
kebenaran filosofis, dan kebenaran ilmiah.
b. Teori-teori
kebenaran
Ilmu dikembangkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar atau kebenaran ilmiah. Persoalan esensial
yang perlu dijawab adalah : kebenaran itu apa ? Atau, bilamana suatu pernyataan
dinyatakan benar ? Ada beberapa teori yang berbicara tentang kebenaran, yaitu teori
koherensi, teori korespondensi, dan teori pragmatisme.
1) Teori Koherensi
(coherence theory of truth)
Menurut teori koherensi,
suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau
konsisten dengan pernyataanpernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Bila pernyataan semua
logam bila kena panas memuai adalah suatu pernyataan yang benar, maka
pernyataan bahwa besi merupakan logam, sehingga bila besi kena panas memuai
adalah pernyataan yang benar Matematika adalah bentuk pengetahuan yang
penyusunannya dilakukan dengan pembuktian berdasarkan teori koherensi. Plato (427-347
SM) dan Aristoteles (384-322) telah mengembangkan teori koherensi berdasarkan pola pemikiran
yang digunakan Euclid dalam menyusun
ilmu ukurnya (Jujun .S., 2005 : 57).
Teori koherensi menjadi
dasar dalam pengembangan ilmu deduktif atau matematik. Nama ilmu deduktif
diberikan karena dalam menyelesaikan suatu masalah atau membuktikan suatu kebenaran
tidak didasarkan pada pengalaman atau hal-hal yang bersifat faktual, melainkan
didasarkan atas deduksi-deduksi atau penjabaran-penjabaran.
Apa yang harus dipenuhi
agar ciri-ciri deduksi dapat diketahui dengan tepat, merupakan masalah pokok
yang dihadapi filsafat ilmu. Pendirian yang banyak dianut sampai saat ini
adalah :
deduksi merupakan
penalaran yang sesuai dengan hukum-hukum serta-serta aturan logika formal,
dalam hal ini orang menganggap bahwa tidaklah mungkin titik tolak-titik tolak
yang benar menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak benar (Beerling at al,
1996 : 23).
2) Teori korespondensi
(correspondence theory of truth)
Teori ini dikembangkan
oleh Bertrand Russel (1872-1970). Menurut
teori korespondensi, suatu pernyataan dapat dianggap benar bila materi
pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan tersebut berkorespondensi
(berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Pernyataan
bahwa si A sedang mengalami depresi berat dapat dipandang sebagai pernyataan yang
benar bila secara faktual memang si A sedang mengalami
depresi berat. Teori
korespondensi dijadikan dasar dalam pengembangan
ilmu-ilmu empiris.
Ilmu-ilmu empiris memperoleh bahan-bahannya melalui pengalaman. Tetapi
pengalaman atau empiria ilmiah sesungguhnya lebih dari sekadar pengalaman
sehari-hari serta hasil tangkapan inderawi, cara ilmiah untuk menangkap sesuatu
harus dipelajari terlebih dahulu dan untuk sebagian besar tergantung pada
pendidikan ilmiah yang harus ditempuh oleh
peneliti (Beerling at
al, 1996 : 53).
3) Teori pragmatisme
(pragmatic theory of truth)
Pencetus teori
pragmatisme adalah Charles S. Peirce (1839- 1914). Menurut teori ini, suatu
pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam
kehidupan praktis. Pernyataan bahwa motivasi merupakan faktor yang sangat
penting untuk meningkatkan prestasi belajar anak dapat dianggap benar bila
pernyataan tersebut mempunyai kegunaan praktis, yaitu
bahwa prestasi belajar
anak dapat ditingkatkan melalui pengembangan motivasi belajarnya. Teori
pragmatisme dijadikan dasar dalam pengembangan ilmu terapan.
3.
Manusia
adalah makhluk belajar dan berfikir, oleh karenanya, setiap orang lahir dengan
kemampuan belajar, jelaskan hal tersebut sesuai filsafat pendidikan yang anda
ketahui!
Jawaban :
Manusia adalah makhluk
belajar dan berfikir. Setiap manusia lahir dengan akal budi dan kemampuan
belajar. Menurut Rinjin (1997 : 9-10), filsafat dan ilmu timbul dan berkembang
karena akal budi, thauma, dan aporia.
a. Manusia merupakan
makhluk berakal budi.
Dengan akal budinya,
kemampuan manusia dalam bersuara bisa
berkembang menjadi
kemampuan berbahasa dan berkomunikasi,
sehingga manusia
disebut sebagai homo loquens dan animal
symbolicum.
Dengan akal budinya,
manusia dapat berpikir abstrak dan konseptual
sehingga dirinya
disebut sebagai homo sapiens (makhluk pemikir)
atau kalau menurut
Aristoteles manusia dipandang sebagai animal
that reasons yang
ditandai dengan sifat selalu ingin tahu (all men by
nature desire to know).
Pada diri manusia
melekat kehausan intelektual (intellectual curiosity),
yang menjelma dalam
wujud aneka ragam pertanyaan. Bertanya
adalah berpikir dan
berpikir dimanifestasikan dalam bentuk pertanyaan.
b.
Manusia memiliki rasa kagum (thauma) pada alam semesta dan isinya Manusia
merupakan makhluk yang memiliki rasa kagum pada apa yang diciptakan oleh Sang
Pencipta, misalnya saja kekaguman pada matahari, bumi, dirinya sendiri dan
seterusnya. Kekaguman tersebut kemudian mendorong manusia untuk berusaha
mengetahui alam semesta itu sebenarnya apa, bagaimana asal usulnya (masalah kosmologis).
Ia juga berusaha mengetahui dirinya sendiri, mengenai eksistensi, hakikat, dan
tujuan hidupnya.
c. Manusia senantiasa
menghadapi masalah
Faktor lain yang juga
mendorong timbulnya filsafat dan ilmu adalah masalah yang dihadapi manusia (aporia).
Kehidupan manusia selalu diwarnai dengan masalah, baik masalah yang bersifat
teoritis maupun praktis. Masalah mendorong manusia untuk berbuat dan mencari
jalan keluar yang tidak jarang menghasilkan temuan yang sangat berharga
(necessity is the mother of science).
4.
Filsafat
mengajarkan kita berfikir ilmiah, untuk berfikir secara ilmiah sebutkan dan
jelaskan tiga dasar berfikir ilmiah tersebut
Jawaban :
Ilmu, yang dalam bahasa
Inggris dinyatkan dengan science, bukan sekadar kumpulan fakta, meskipun di
dalamnya juga terdapat berbagai fakta. Selain fakta, di dalam ilmu juga
terdapat teori, hukum, prinsip, dst., yang diperoleh melalui prosedur tertentu
yaitu metode ilmiah. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode
ilmiah (Jujun S., 2005 : 119). Sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui
beberapa cara, yaitu pengalaman, intuisi, pendapat otoritas, penemuan secara kebetulan
dan coba-coba (trial and error) maupun penalaran. Ada paradigma baru yang
memandang ilmu bukan hanya sebagai produk. The Liang Gie (1991 : 90), setelah
mengkaji berbagai pendapat tentang ilmu, menyatakan bahwa ilmu dapat dipandang
sebagai proses, prosedur, dan produk.
Sebagai proses, ilmu terwujud dalam aktivitas penelitian. Sebagai prosedur,
ilmu tidak lain adalah metode ilmiah. Dan sebagai produk, ilmu merupakan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis.
Ketiga dimensi ilmu
tersebut merupakan kesatuan logis yang harus ada secara berurutan. Ilmu harus
diusahakan dengan aktivitas tertentu, yaitu penelitian ilmiah. Aktivitas
tersebut harus dilaksanakan dengan metode ilmiah yang diharapkan menghasilkan
pengetahuan ilmiah. Kesatuan dan interaksi antara aktivitas, metode, dan
pengetahuan ilmiah tersebut oleh The Liang Gie (1991 : 88) . Masing-masing
dimensi tersebut memiliki karakteristik tertertentu. Ilmu sebagai aktivitas
merupakan langkah-langkah yang bersifat rasional,
kognitif, dan
teleologis (The Liang Gie, 1991: 108). Ilmu sebagai metode ilmiah memiliki
unsur-unsur pola prosedural, tata langkah, teknik-teknik, dan
instrumen-instrumen tertentu (The Liang Gie, 1991 : 118).
Pendapat The Liang Gie
tentang hakikat ilmu kemudian kemudian dirumuskan sebagai berikut. Ilmu adalah
rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode
berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan
yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan
untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan,
ataupun melakukan penerapan (The Liang Gie, 1991 : 130).
5.
Bagaimana
langkah-langkah menulis karya ilmiah yg baik menurut metodologi penelitian?
Jawaban :
Dalam menulis karya
ilmiah kita harus paham terlebih dahulu metode Ilmiah dan berberapa jenis
metode penelitian.
a. Pengertian metode Ilmiah
Menurut
Soerjono Soemargono (1993 : 17), istilah metode berasal dari bahasa Latin
methodos, yang secara umum artinya cara atau jalan untuk memperoleh pengetahuan
sedangkam metode ilmiah adalah cara atau jalan untuk memperoleh pengetahuan
ilmiah. The Liang Gie (1991 : 110), menyatakan bahwa metode ilmiah adalah
prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, tata langkah, dan
cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru atau memper-kembangkan
pengetahuan yang telah ada. Dalam beberapa literatur seringkali metode
dipersamakan atau dicampuradukkan dengan pendekatan maupun teknik. Metode, (methode),
pendekatan (approach), dan teknik (technique) merupakan tiga hal yang berbeda
walaupun bertalian satu sama lain (The Liang Gie, 1991 : 116). Dengan mengutip
pendapat benerapa pakar, The Liang Gie menjelaskan perbedaan ketiga hal
tersebut sebagai berikut. Pendekatan pada pokoknya adalah ukuran-ukuran untuk
memilih masalah-masalah dan data yang bertalian, sedangkan metode adalah lImu prosedur
untuk mendapatkan dan mempergunakan data. Pendekatan dalam menelaah suatu
masalah dapat dilakukan berdasarkan atau dengan memakai sudut tinjauan dari
ilmu-ilmu tertentu, misalnya psikologi, sosiologi, politik, dst. Dengan
pendekatan berdasarkan psikologi, maka masalah tersebut dianalisis dan
dipecahkan berdasarkan konsep-konsep psikologi. Sedangkan bila masalah tersebut
ditinjau berdasarkan pendekatan sosiologis, maka konsepkonsep sosiologi yang
dipakai untuk menganalisis dan memecahkan masalah tersebut.
Pengertian
metode juga tidak sama dengan teknik. Metode ilmiah adalah berbagai prosedur
yang mewujudkan pola-pola dan tata langkah dalam pelaksanaan penelitian ilmiah.
Pola dan tata langkah prosedural tersebut dilaksanakan dengan cara-cara
operasional dan teknis yang lebih rinci. Cara-cara itulah yang mewujudkan
teknik. Jadi, teknik adalah suatu cara operasional teknis yang seringkali
bercorak rutin, mekanis, atau spesialistis untuk memperoleh dan menangani data
dalam penelitian (The Liang Gie (1991 : 117).
b. Unsur-unsur metode ilmiah
Metode
ilmiah yang merupakan suatu prosedur sebagaimana digambarkan oleh The Liang
Gie, memuat berbagai unsur atau komponen yang saling berhubungan. Unsur-unsur
utama metode ilmiah menurut The Liang Gie (1991 : 118) adalah pola prosedural, tata
langkah, teknik, dan instrument.
Pola
prosedural, antara lain terdiri dari : pengamatan, percobaan, pengukuran,
survai, deduksi, induksi, dan analisis. Tata langkah,mencakup : penentuan
masalah, perumusan hipotesis (bila perlu), pengumpulan data, penurunan
kesimpulan, dan pengujian hasil. Teknik, antara lain terdiri dari : wawancara,
angket, tes, dan perhitungan. Aneka
instrumen yang dipakai dalam metode ilmiah antara lain : pedoman wawancara,
kuesioner, timbangan, meteran, komputer.
c. Macam-macam Metode ilmiah
Johson
(2005) dalam arkelnya yang berjudul ”Educational Research : Quantitative and
Qualitative”, yang termuat dalam situs internet (http://www.south.edu/coe/bset/johnson)
membedakan metode ilmiah menjadi dua metode deduktif dan metode induktif. Menurut
Johnson, metode deduktif terdiri tiga langkah utama, yaitu :first, state the
hypothesis (based on theory or research literature); next,collect data to test
hypothesis; finally, make decision to accept or reject the hypothesis.
Sedangkan
tahapan utama metode induktif menurut Johnson adalah : first, observe the
world; next, search for a pattern in what is observed; and finally, make a
generalization about what is occuring.
Metode
deduktif merupakan metode ilmiah yang diterapkan dalam penelitian kuantitatif.
Dalam metode ini teori ilmiah yang telah diterima kebenarannya dijadikan acuan
dalam mencari kebenaran selanjutnya. Sedangkan metode induktif merupakan metode
yang diterapkan dalam penelitian kualitatif. Penelitian ini dimulai dengan
pengamatan dan diakhiri dengan penemuan teori.
1)
Metode Deduktif
Jujun
S. Suriasumantri dalam bukunya Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan Politik
(1996 : 6) menyatakan bahwa pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu
memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan : a) kerangka pemikiran
yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan
pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun; b) menjabarkan hipotesis
yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut; dan c) melakukan
verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran pernyataannya secara
faktual.
Selanjutnya
Jujun menyatakan bahwa kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses
logico-hypothetico-verifikatif ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah
sebagai berikut (2005 : 127- 128).
a)
Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas
batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan
faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
b)
Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis yang merupakan
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai
faktor yang saling mengait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka
berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang
telah teruji kebenarannya dengan
memperhatikan
faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
c)
Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap
pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari dari kerangka
berpikir yang dikembangkan.
d)
Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan faktafakta yang relevan dengan
hipotesis, yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung
hipoteisis tersebut atau tidak.
e)
Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah hipotesis yang diajukan
itu ditolak atau diterima.
2)
Metode Induktif
Metode
induktif merupakan metode ilmiah yang diterapkan dalam penelitian kualitatif. Metode
ini memiliki dua macam tahapan : tahapan penelitian secara umum dan secara
siklikal (Moleong,2005 : 126).
a)
Tahapan penelitian secara umum
Tahapan
penelitian secara umum secara garis besar terdiri dari tiga tahap utama, yaitu
(1) tahap pralapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, dan (3) tahap analisis
data. Masing-masing tahap tersebut terdiri dari beberapa langkah.
b)
Tahapan penelitian secara siklikal
Menurut
Spradley (Moleong, 2005 : 148), tahap penelitian kualitatif, khususnya dalam
etnografi merupakan proses yang berbentuk lingkaran yang lebih dikenal dengan
proses penelitian siklikal, yang terdiri dari langkah-langkah : (1) pengamatan
deskriptif, (2) analisis demein, (3) pengamatan terfokus, (4) analisis taksonomi,
(5) pengamatan terpilih, (6)
analisis
komponen, dan (7) analisis tema.
Daftar Pustaka
Jujun
S. Suriasumantri. (2005) Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta
: Sinar Harapan.
Rinjin,
Ketut. (1997) Pengantar Filsafat Ilmu dan Ilmu Sosial Dasar.
Bandung
: CV Kayumas.
Semiawan,
Conny et al. (1998) Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu .
Bandung
: CV Remaja Karya.
The
Liang Gie. (1991) Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar