1.
Jelaskan dengan singkat konsep psikologi
pendidikan modern dan bandingkan dengan teori psikologi
pendidikan islam
Jawaban
:
1.1 Konsep
Psikologi Pendidikan Modern
Psikologi
Pendidikan Modern memandang Psikologi sebagai studi ilmiah tentang perilaku dan
mental manusia. Asal kata psikologi dari
bahasa Yunani “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yg berarti Studi atau
penelitian (Papalia & Olds, 1985, 4).
Secara
umum Psikologi pendidikan modern
mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai studi ilmiah tentang
perilaku dan metal manusia yang terkait dengan proses belajar mengajar.
Dalam
Psikololgi Pendidikan Modern yang menjadi objek Penelitian dan kajian Psikologi
adalah: manusia , jiwa, prilaku.
1.2 Perbandingan
antara Psikologi Pendidikan Modern dengan Psikologi Pendidikan Islam
Psikologi Pendidikan Islam memiliki perbedaan dengan
psikologi pendidikan modern. Dalam Psikologi Islam hal yang dipelajari adalah aspek segi jiwa (rohani) dan tingkah lakunya (Akhlak) manusia, didasarkan interpretasi
terhadap Al-Qur’an, Hadits dan kehidupan manusia. Psikologi Islam juga berpandangan bahwa akhlak manusia baik dan
buruknya berdasarkan aqidah dan spiritualnya, motivasi belajar dan kecerdasan
manusia dipengaruhi oleh interaksinya terhadap lingkungannya, karena manusia lahir
dalam kondisi suci yang siap diisi dengan informasi dan
pengalaman apa saja.
2.
Apa itu teori Behaviorisme? Sebutkan
tokoh-tokohnya dan Jelaskan tiga teori belajar
(Konneksionisme dan gestalt) sebutkan kelebihan dan kelemahannya.
Jawaban
:
2.1 Teori Behaviorisme
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati,
diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan
(stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan
hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak,
baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan
respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da
kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon). Secara garis besar dapat disimpulkan Teori Behavioristik:
1.
Mementingkan faktor lingkungan
2.
Menekankan pada faktor bagian
3.
Menekankan
pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
4.
Sifatnya mekanis
5.
Mementingkan masa lalu
2.2 Tokoh Behaviorisme
Beberapa tokoh Aliran Behavirisme, antara lain:
a. Edward
Edward Lee Thorndike (1874-1949)
b. Ivan Petrovich Pavlov
(1849-1936) c. B.F Skinner (1904-1990)
2.3. Teori Koneksionisme
Salah satu tokoh aliran behaviorisme
adalah Edwars Lee Thorndike. Menurut Thorndike belajar
merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang
disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”.
Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar
tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam
sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error.
Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap
berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan
reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Thorndike menemukan hukum-hukum.
1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat
untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan
kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
2. Hukum latihan
Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan
maka asosiasi tersebut semakin kuat.
3. Hukum akibat
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila
akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.
Kelebihan dari teori connectionism ini adalah apabila
belajar dengan menggunakan syarat / ganjaran maka seseorang akan berlatih terus
menerus dan seseorang akan bertindak jika ada rangsangan yang mempengaruhi
dirinya.
Adapun kelemahan
dari teori ini adalah memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara
stimulus dan respon, sehingga yang dipentingkan dalam belajar adalah memperkuat
asosiasi tersebut dengan latihan-latihan atau ulangan yang terus menerus.
2.4 Teori Gestalt
Teori belajar menurut psikologi Gestlat sering kali
disebut insight full learning atau field teori. Perintis teori Gestalt ini ialah
Chr. Von Ehrenfels, dengan karyanya “Uber Gestaltqualitation“ (1890). Aliran
ini menekankan pentingnya keseluruhan yaitu sesuatu yang melebihi jumlah unsur-unsurnya
dan timbul lebih dulu dari pada bagian-bagiannya. Menurut aliran Gestalt
perkembangan adalah proses diferensiasi, yang primer ialah
keseluruhan , sedangkan bagian –bagiannya adalah sekunder; bagian-bagian hanya
mempunyai arti sebagai bagian dari pada keseluruhan dalam hubungan fungsional
dengan bagian-bagian yang lain ; keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul
oleh bagian-bagiannya. Jiwa manusia menurut aliran ini, adalah suatu keseluruhan
yang berstruktur atau merupakan suatu sistem, bukan hanya terdiri atas sejumlah bagian atau unsur yang satu
sama lain terpisah, yang tidak mempunyai hubungan fungsional. Sebagai pribadi,
manusia tidak secara langsung bereaksi terhadap suatu perangsang, dan tidak
pula reaksinya itu dilakukan secara trial and error. Interaksi manusia terhadap dunia luar
bergantung pada cara ia menerima stimulus dan bagaimana serta apa motif-motif
yang ada padanya. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan. Ia bebas
memilih bagaimana ia berinteraksi; stimulus mana yang diterimanya dan mana yang
ditolaknya. Atas dasar itu, maka belajar dalam pandangan psikologi Gestalt, bukan sekedar proses
asosiasi antara stimulus-respon yang kian lama kian kuat disebabkan adanya
berbagai latihan dan ulangan-ulangan. Menurut aliran ini belajar itu terjadi
bila ada pengertian (insight). Pengertian ini muncul jika seseorang, setelah beberapa saat,
mencoba memahami suatu problem, tiba-tiba muncul adanya kejelasan, terlihat
olehnya hubungan antara unsur-unsur yang satu dengan yang lain, kemudian
dipahami sangkut-pautnya, untuk kemudian dimengerti maknanya.
Adapun Kelebihan dari teori psikologi Gestlat antara
lain :
1.
Kebermakanaan.
Teori ini menekankan pada kebermaknaan. Belajar dalam
pandangan psikologi Gestlat, bukan sekedar proses asosiasi antara
stimulus-respon yang kian lama kian kuat disebabkan adanya berbagai latihan dan
ulangan-ulangan.
2.
Keunikan. Teori ini lebih melihat manusia sebagai seorang individu yang
memiliki keunikan, dimana mereka harus berhubungan dengan lingkungan yang ada
disekitar mereka.
3.
Kelebihan dari teori ini adalah
memang benar adanya reaksi manusia terhadap dunia luar tergantung kepada
bagaimana ia menerima stimulasi dan bagaimana serta motif-motif yang ada
padanya.
Ada juga beberapa kekurangan teori ini yaitu :
1.
Karena menurut Gestalt sesuatu
yang dipelajari dimulai dari keseluruhan, maka dikhawatirkan akan menimbulkan
kesulitan dalam proses belajar, sebab beban yang harus ditanggung sangatlah
banyak.
2.
Di dalam teori ini dikatakan manusia tidak secara langsung beraksi
kepada suatu perangsang, dan tidak pula reaksinya itu dilakukan secara
coba-coba dan gagal.
3.
Apa yg anda ketahui tentang teori
kognitivisme dan teori belajar sosial? Jelaskan dengan menyebutkan aplikasinya dalam proses
pembelajaran?
Jawaban
:
3.1
Teori Kognitivisme dan Aplikasinya dalam proses pembelajaran
Menurut
aliran kognitivisme, Kognitif adalah proses yang terjadi secara
internal didalam pusat susunan saraf ketika manusia berfikir (Gagne, 1976;71)
Teori ini menekankan
peranan struktur ingatan dan pengetahuan atau schemata terhadap
proses penerimaan, pemrosesan, penyimpanan dan pemanggilan kembali informasi
tadi.
Kognitivisme
meyakini belajar adalah hasil usaha individu dlm memaknai
pengalaman-pengalamannya yang terkait dengan
dunia sekitarnya.
Teori ini banyak
digunakan dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, khususnya proses belajar di kelas.
Aplikasi teori
belajar kognitif dalam pembelajaran
antara lain :
· Guru harus memahami bahwa
siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia
pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret,
· Keaktifan siswa sangat
dipentingkan. Guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas
yang terdiri dari individu – individu ke dalam bentuk kelompok – kelompok kecil
siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal,
· Guru menyusun materi
dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks,
· Guru menciptakan
pembelajaran yang bermakna
· Guru memperhatian
perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
· Guru mengutamakan peran
siswa untuk saling berinteraksi dan bertukar gagasan.
3.2
Teori Belajar Sosial dan Aplikasinya dalam proses pembelajaran
Teori Pembelajaran
Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional
(behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima
sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi
memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan
perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori
pembelajaran sosial kita akan
menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan –
penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain.
Dalam pandangan belajar sosial “ manusia “
itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak
dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.
Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan – lingkungan
yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu
kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri.
Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian
besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah
laku orang lain”. Inti dari pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu
langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis
pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat
terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain, Kedua, pembelajaran melalui
pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan
positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model
itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan
mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa
yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara
langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi
tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4).
Bandura menjelaskan bahwa sebagian besar daripada
tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran
sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang.
Kelebihan Teori Albert Bandura, antara lain : Teori
Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena menekankan
bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif
orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata
reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul
akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Selain itu pendekatan belajar social menekankan
pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak.
Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak,
faktor social dan kognitif.
Aplikasi teori belajar sosial antara lain :
-
Guru mengadakan
kegiatan berkunjung ketokoh/ahli tertentu(Sbg model)
- Gutu menggunakan metode Demonstrasi,
melibatkan anak secara aktif praktik atau contoh langsung dari materi yang
disampaikan.
- Guru memberikan kesempatan anak untuk
melakukan kegiatan bermain peran (Role playing)
4.
Jelaskan teori atribusi Albert Weiner dan sebutkan aplikasinya dalam
proses pembelajaran, serta bandingkan dengan teori niat dalam islam
Jawaban
:
4.1
Teori Atribusi Bernard Weiner dan Aplikasinya dalam proses pembelajaran.
Menurut Weiner (Weiner, 1980, 1992) atribusi
adalah teori kontemporer yang paling berpengaruh dengan implikasi untuk
motivasi akademik. Hal ini dapat diartikan bahwa teori ini mencakup modifikasi
perilaku dalam arti bahwa ia menekankan gagasan bahwa peserta didik sangat
termotivasi dengan hasil yang menyenangkan untuk dapat merasa baik tentang diri
mereka sendiri.
Teori yang dikembangkan oleh Bernard Weiner ini
merupakan gabungan dari dua bidang minat utama dalam teori psikologi yakni
motivasi dan penelitian atribusi. Teori yang diawali dengan motivasi, seperti
halnya teori belajar dikembangkan terutama dari pandangan stimulus-respons yang
cukup popular dari pertengahan 1930-an sampai 1950-an.
Model Atribusi mengenai motivasi mempunyai
beberapa komponen, yang terpenting adalah hubungan antara atribusi, perasaan
dan tingkah laku. Menurut Weiner, urutan-urutan logis dari hubungan psikologi
itu ialah bahwa perasaan merupakan hasil dari atribusi atau kognisi. Perasaan
tidak menentukan kognisi, misalnya semula orang merasa bersyukur karena
memperoleh hasil positif dan kemudian memutuskan bahwa keberhasilan itu berkat
bantuan orang lain. Hal ini merupakan urutan yang tidak logis (Weiner, 1982 hal
204).
Menurut Weiner, faktor paling penting yang mempengaruhi
atribusi ada empat faktor yakni antara lain :
1. Ability yakni kemampuan, adalah faktor internal
dan relative stabil dimana peserta didik tidak banyak latihan kontrol langsung.
2. Task difficulty yakni kesulitan tugas dan
stabil merupakan faktor eksternal yang sebagian besar di luar kontrol
pembelajaran.
3. Effort yakni upaya, adalah faktor internal dan
tidak stabil dimana peserta didik dapat latihan banyak kontrol.
4. Luck yakni factor eksternal dan tidak stabil
dimana peserta didik latihan kontrol sangat kecil.
4.2 Aplikasi
teori Atribusi dalam pembelajaran:
Secara teknis guru dalam menerapkan beberapa hal
berikut :
·
Penyampaian
tujuan KD dan SK (TIU dan TIK)
·
Demonstrasi
pengetahuan dan keterampilan
·
Latihan,
bimbingan dan penugasan
·
Umpan balik
·
Transfer
knowledge
·
Kondisi kelas disusun untuk memperkuat kepercayaan bahwa keberhasilan
belajar dapat dicapai dengan jalan usaha yang konstruktif dengan mengembangkan
lingkungan proaktif yang positif.
·
Bagi guru
selaku pendidik, agar membiasakan merancang pembelajaran yang mengandung
pesan-pesan atribusi, sehinga dapat muncul atribusi yang positif dari peserta
didik terhadap keberhasilan maupun kegagalan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya
4.3 Perbandingan
Teori Atribusi dengan Teori Niat dalam Islam
Dalam teori atribusi terdapat konsep "causal attribution" - proses penjelasan tentang penyebab
suatu perilaku (motif). Dalam kehidupan sehari-hari, kita
bedakan dua jenis penyebab, yaitu internal dan eksternal. Penyebab internal
(internal causality) merupakan atribut yang melekat pada sifat dan kualitas
pribadi atau personal, dan penyebab external (external causality) terdapat
dalam lingkungan atau situasi.
Motif dalam bahasa Arab disebut داع سبب داع صورة
رسم sedangkan motivasi تعليل ايجاب مسبب داع , Sedangakan niat dalam bahasa Arab
adalah نوي ينوي نية رجا يرجوا دفع . Miftah Faridl berpendapat bahwa niat bisa
diartikan dengan motif , karena pengertian niat ada dua pengertian yaitu
getaran batin untuk menentukan jenis perbuatan ibadah seperti sholat subuh ,
tahiyatul masjid dan lain-lain. Niat yang kedua dalam arti tujuan adalah maksud
dari sesuatu perbuatan (motif).
Niat dalam pengertian motif mempunyai dua fungsi :
1. Menentukan nilai hukum (wajib, sunat , makruh
dan haram) , yaitu untuk sesuatu amal yang tidak ditentukan secara tegas
hukumnya dalam Al-Quran dan as-Sunah.
2. Menentukan kualitas pahala dari sesuatu
perbuatan-perbuatan yang tertinggi ikhlas dan perbuatan terendah riya.
Ketika motivasi dikaitkan dengan niat dan niat
dikaitkan dengan keikhlasan maka hal ini sangat sulit diukur, namun yang perlu
digaris bawahi terlepas dari keikhlasan dan riya ketika motivasi itu dibahas
dan dibicarakan maka ada persamaannya yaitu sama–sama sulit diklaim secara
mutlak namun hanya bisa diprediksi kemungkinannya.
Menurut Asep Ridrid Karana kata niat jika
disejajarkan lebih tinggi daripada motivasi karena motivasi seorang muslim
harus timbul karena niat pada Allah. Pada prakteknya kata motivasi dan niat
hampir sama–sama dipakai dengan arti yang sama, yaitu bisa kebutuhan (need),
desakan (urge), keinginan (wish), dorongan (drive) atau kekuatan . Walaupun
dalam bahasa Inggris intention diartikan niat dan motivation dengan motivasi namun
dalam berbagai penelitianpun kata motivasi yang digunakan.
5.
Bagaimana mengajar menurut Teori Konstruktivisme dan bandingkan dengan
pengalaman mengajar anda selama ini !
Jawaban
:
5.1 Mengajar
menurut Teori Konstruktisme
Konstruktivisme
adalah pendekatan dalam psikologi yg berkeyakinan bahwa anak dapat membangun
pemehaman dan pengetahuannya sendiri tentang dunia disekitarnya, atau dengan
kata lain anak dapat membelajarkan dirinya sendiri melalui berbagai
pengalamannya (Barlett &Jonasson 1991).
Menurut
teori belajar konstruktivisme, pengertahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja
dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara
mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang
dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil
yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan
dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori
belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat
kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah
mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Wheatley
(1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam
pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak
dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa.
Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui
pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua
pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara
aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu
pengetahuan melalui lingkungannya.
Selain
penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar
konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya
dengan pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara
mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) pembelajaran menjadi lebih
bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4)
siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan
ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam
upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996: 20)
mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai
berikut: (1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya
dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir
tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3)
memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi
pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, (5)
mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif.
Dari
beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu
kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa
dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi
atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain,
siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui
asimilasi dan akomodasi.
5.2
Pengalaman mengajar
Dalam mengajar, alhamdulillah sudah menerapkan
teori konstruktivisme. Karena di sekolah kami menggunakan pendekatan siswa
belajar aktif, dimana siswa akan belajar lebih baik jika ia menemukan sendiri
jawaban dari masalahnya. Selain itu, sekolah kami juga menekankan agar
pembelajaran disampaikan dari yang kongkret terlebih dahulu, lalu ada proses
koneksi baru akhirnya ke abstrak.
Wa Allahu ‘Alam bish Showab.
Jakarta, 24 Juli 2011
Sri Kartini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar